ANAK MUDA DAN DUNIA
Oleh: DR. Sabara, M.Fil.
Hidup yang tak direnungi, adalah
hidup yang tak layak dijalani (Socrates)
Di kamar-kamar kos yang sempit, di
lorong yang becek dan rumah-rumah yang saling berhimpit, jauh dari nuansa elit,
ditemani rokok dan kopi pahit. Beberapa anak muda dibelit gelisah, berbagi
resah, tentang hidup yang makin parah, tentang dunia yang kian tak terarah.
Buku-buku filsafat dilumat,
karya-karya kritikus sepanjang zaman menjadi teman, seakan mendapat ruang
sublimasi, anak-anak muda itu menuangkan gundah dalam rangkaian alegori. Di
jalanan mereka pun garang, mengangkat tangan kiri dan berteriak lawan, pada
penguasa tiran, pada ketidakadilan yang memiskinkan. Anak-anak muda itu ingin
bertutur dengan jujur tentang dunia yang kian hancur. Sekian tahun akumulasi
gelisah itu pun tumpah menjadi karya berisi refleksi tentang pengalaman hidup
dan dunia.
Semua kita tentu punya mimpi tentang
tata dunia yang damai, tentang dunia yang tak ada kesenjangan, tentang dunia
yang dipenuhi keadilan, tentang dunia tanpa penindasan dan keserakahan. Namun,
semua kita tahu, kenyataannya dunia tak seindah mimpi-mimpi itu.
Bak cermin, dunia tak lagi berkilau
dan utuh, cermin dunia terlalu buram dan retak, menyisakan bayang-bayang kelam
dan patah.bayang-bayang kelam dan patah itulah yang ditangkap oleh anak-anak
muda ini dengan sedikit "marah", dan "kemarahan" itu
dituangkan dalam percik-percik kritik yang berserakan di ruang diskusi, di
medan demonstrasi, dalam bait-bait puisi, hingga semuanya terrefleksi ke dalam
kumpulan tulisan ini. Pergulatan hidup dan pergumulan iman, huru-hara politik
dan kepentingan, fakta ekonomi yang penuh kesenjangan, dan moralitas kebudayaan
yang kian terpinggirkan menjadi tema-tema kritik dan refleksi yang kemudian
diberi tajuk "Jejak Dunia yang Retak".
"Jejak Dunia yang Retak",
mungkin judul tersebut cukup provokatif dan menghentak, karena kebanyakan kita
mungkin sudah tak peduli –atau pura-pura tak peduli-, atau menikmati keretakan
tersebut sebagai kewajaran. "Dunia yang retak" adalah alegori tentang
dunia yang tak seindah negeri impian, dan anak-anak muda ini hanya meneriakkan
tentang hal yang semua kita sebenarnya telah mafhum. Kumpulan tulisan ini
berisi pergumulan pemikiran para penulis dalam membaca kenyataan dunia. Penulis
bercerita tentang sisi lain dari berbagai hal dalam kehidupan, dari yang paling
rumit, seperti soal-soal keimanan, hingga yang paling sederhana atau bahkan
menurut kebanyakan kita biasa-biasa saja, seperti tentang anak jalanan,
tahanan, hingga bintang iklan Afika. Tema-tema kehidupan seputar agama, sosial,
politik, ekonomi, dan kebudayaan tersaji dengan reflektif dan kritis lewat
sentuhan "kegilaan" filosofis dan refleksi kritik sosial para
penulis.
Membaca kumpulan tulisan ini, saya
jadi teringat petikan kata seorang pengajar filsafat, "orang yang belajar
filsafat, akan melihat dibalik realitas yang sederhana, ada kompleksitas".
Tema seputar filsafat dan agama, politik, ekonomi, hingga soal perempuan diulas
dengan begitu apik dengan berbagai pendekatan dalam rangka mengurai
kompleksitas di balik "kesederhanaan" fenomena yang kerap dianggap
biasa, bahkan sepele.
Selain fenomena keseharian,
kisah-kisah para tokoh sejarah dengan perannya masing-masing seperti Socrates
dengan kegigihannya mempertahankan kebenaran, hingga sosok Fir'aun yang dengan
"kegigihannya" pula mempertahankan kekuasaan yang tiran menjadi
inspirasi yang dieksplorasi oleh para penulis, dari wikipedia hingga Afika,
dari narasi tentang kehidupan hingga perempuan dikemas dengan apik dengan
narasi "menggelitik". Sehingga lahirlah kumpulan tulisan yang
sederhana tapi kompleks dengan ide-ide dan refleksi kritis khas anak muda
tentang dunia, tentang kehidupan, dan tentang harapan yang tak utuh (baca:
retak). Yang terakumulasi dalam kumpulan tulisan 5 penulis muda tentang
berbagai persoalan dunia dalam berbagai sudut pandang dan disiplin, yang
kemudian dikategorisasikan dalam empat bagian, yaitu; Filsafat dan Agama,
Pendidikan dan Politik, Sosial dan Ekonomi, serta Budaya dan Perempuan.
Para penulis berangkat dari habitus
yang sama, dari keresahan yang sama, memotret dunia yang sama, dari sudut yang
berbeda menghadirkan potret yang sama, potret dunia yang retak. Lewat kumpulan
tulisan ini para penulis dengan jiwa muda yang radix, kritis, dan idealis
hendak menghentak kesadaran kita, bahwa "ada apa-apa" dengan dunia
ini, dan secara tidak langsung mereka hendak melontarkan propaganda, "mari
melakukan apa-apa untuk dunia".
Akhirnya, selamat membaca dan
"berkelana" dalam "retak-retak" dunia dengan dituntun oleh
pikiran-pikiran kritis anak muda yang resah pada kehidupan.
Selamat Membaca
*) Pengantar Editor untuk Buku
"Jejak Dunia yang Retak" Karya Asran Salam dkk, Penerbit Cara Baca
Yogya
0 comments:
Post a Comment