Ini kisah nyata yang saya alami sendiri sekitar satu tahun yang
lalu. Mohon maaf sebelumnya, saya tulis pengalaman ini tanpa maksud apapun, kecuali
sekedar berbagi pengalaman dan hikmah yang mungkin dapat menjadi pelajaran bagi
kita untuk lebih meresapi tentang tujuan kita dalam menjalani hidup didunia
ini.
********
Hari itu suasana terasa lain dari biasanya. Waktu serasa lambat
berjalan, angin berhembus seperti hampa tanpa belaian, dan terik matahari
terasa redup walau tetap memancarkan terangnya. Namun tidak ada sedikit pun
pikiran aneh yang terlintas di benak, dan keluarga saya pun tetap beraktivitas
seperti hari-hari biasanya. Ah, mungkin ini hanya sekedar perasaan, pikir saya.
Mungkin ini dikarenakan saya yang terlalu sensitif dalam memperhatikan keadaan
sekitar. Namun memang ternyata apa yang saya rasakan memanglah sebuah pertanda,
yang bahkan tak terpikirkan sedikitpun sebelumnya, hingga akhirnya mereka
datang dan muncul dihadapan saya…
Saya tengah berdiri didepan pintu rumah sambil menoleh kedalam dan
memperhatikan orangtua saya yang sedang duduk di sofa sambil bermain bersama
kedua cucunya. Kemudian datang dua orang berbadan tinggi tegap dan
berpenampilan menggunakan stelan Jas berwarna hitam. Mereka muncul dari gang
disamping rumah, dan berdiri tepat beberapa langkah dari hadapan saya. Mereka
berdua hanya berdiri dan menatap saya, tanpa ucapan ataupun gerakan untuk
memberi isyarat. Anehnya,
walaupun mereka tidak mengutarakan maksud kedatangannya, tapi saya sudah tahu
persis tentang tujuan kedatangan mereka. Saya seperti mendapat stimulus
didalam pikiran saya untuk ikut bersama mereka. Saya tau persis bahwa
kedatangan mereka adalah untuk menjemput saya. Saya kembali menatap
keluarga saya yang berada didalam rumah, dan ekspresi wajah mereka telah
berubah. Mereka menatap saya dengan hampa . Dan saya pun mengikuti mereka
seolah saya memang harus pergi bersama mereka.
Saya berjalan beberapa langkah dibelakang mereka, mereka berjalan
lurus tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Saya ingat betul jalan-jalan dan
gang yang saya lewati, bahkan saya tahu persis kemana mereka akan membawa saya.
Sepanjang perjalanan, saya memperhatikan pejalan kaki lainnya yang saling
berpapasan. Keadaan seperti normal dijalan itu, orang beraktivitas dan
berlalu-lalang seperti hari-hari biasanya, hingga akhirnya saya sampai
ditempat yang dituju. Tempat yang lokasinya tak jauh dari rumah saya, sebuah
lapangan kecil yg cukup tersembunyi karna tertutup oleh tembok-tembok rumah
disekitarnya. Jantung saya mulai berdegup sangat kencang ketika tiba dilokasi
itu. Karena ketika tiba disinilah saya baru menyadari untuk apa mereka membawa
saya ke tempat ini..
Jantung berdegup lebih kencang ketika ternyata apa yang saya
lihat disitu sama persis seperti apa yang ada dalam pikiran saya. Sebuah podium
kecil yang tak terlalu tinggi dan berbahan kayu dengan tiang pancang yang
terlihat kokoh di tengahnya. Di ujung tiang pancang itu tersemat sebuah tali
simpul berbentuk lingkaran.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..
Inilah waktunya, sudah tiba gilirannya untuk saya !
Saya tak bisa berbuat apa-apa lagi..
Ini memang sudah seharusnya, waktu saya telah habis…
Walau jantung berdegup kencang, saya tetap berjalan menaiki podium
itu. Ketika saya meniti tangga podium itu, saya perhatikan sekitar, ternyata
banyak orang disitu. Seluruh keluarga, sahabat, dan semua orang yang pernah
saya jumpai, mereka berdiri disekitar podium dan menatap saya dengan tatapan
kosong.
Tepat dibawah tiang pancang, saya kaitkan sendiri simpul tali itu
dileher saya. Saya perhatikan dua orang berjas hitam itu berdiri tepat
didepan podium dan fokus memperhatikan saya. Saya ketatkan simpul di leher, dan
menutup kedua mata, bismillah..
Keringat mulai mengalir, jantung terasa ingin pecah, ludah
tertahan dikerongkongan, perasaan ini terasa begitu berat, seolah masih ada hal
yang belum saya tuntaskan, seperti ada yang masih mengganjal. Saya tak mampu
melalui ini, saya belum siap!
Saya buka kembali mata saya dan mengajukan permohonan ke mereka,
tanpa kata, tanpa isyarat, namun ternyata mereka mengerti dan member saya
perpanjangan waktu, lalu mereka pun pergi begitu saja..
Rasa bahagia terasa memenuhi jiwa, saya seperti memperoleh
kesempatan kedua. Tetapi saya tahu persis kapan mereka akan kembali, saya
hanya sekedar diberi beberapa waktu untuk menuntaskan urusan saya
Kesempatan yang luar biasa saya syukuri ini sedetikpun tak saya
sia-siakan, saya ingin menuntaskan urusan saya. Saya kembali ke rumah,
bersimpuh dihadapan orangtua saya dan memohon ampun atas semua sikap saya
yang pernah menyakiti dan mengecewakan mereka. Tanpa ego dan rasa malu, saya
datangi semua kawan dan sahabat untuk meminta maaf dari mereka, saya tak ingin
pergi dengan keadaan masih meninggalkan dosa…
Dan kesempatan waktu pun telah habis, kedua ‘malaikat pencabut
nyawa’ itu kembali datang ke rumah untuk menjemput saya. Saya sadar bahwa kali
ini takkan ada kesempatan lainnya, inilah waktu yang terakhir untuk saya.
Namun bahkan saat langkah pertama meninggalkan rumah, kaki ini terasa sangat .
Hati ini terasa sulit untuk mengucap perpisahan pada jalan-jalan yang
saya tapaki, pada lingkungan yang saya tinggali, pada dunia yang saya hidupi..
Langit begitu biru dan cerah, namun tak ada angin sedikitpun yang
berhembus selama perjalanan, tak satupun orang saya temui dijalan itu. Berat
sekali kaki ini mengikuti dua malaikat itu yang berjalan beberapa langkah
didepan saya. Sempat terlintas dalam benak, untuk membalikkan badan dan lari
dari mereka,, saya tak ingin berpisah dengan semua ini, Tapi hal itu tak dapat
saya lakukan!
Sesampainya kami di tempat tujuan, sudah banyak orang yang
berdiri, keluarga , kawan dan semua orang yang saya kena telah hadir disitu.
Namun kali ini saya melihat raut senyuman diwajah mereka…
Podium dan tiang pancang telah siap dihadapan saya. Dengan
perasaan yang sangat berat saya melangkah menuju podium, bahkan saya sempat
berhenti beberapa detik saat kaki ini menaiki tangga podium. Habis sudah !
inilah waktunya..
Dibawah tiang pancang kembali saya lilitkan simpul tali dileher,
kasarnya tali begitu terasa dileher. Namun hati ini terasa tetap tenang, saya
sudah menerima bahwa ini memang sudah waktunya.
Saya pejamkan mata,
Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
Selamat tinggal Ayah, selamat tinggal Ibu… Astaghfirullah..
Selamat tinggal Sahabat..
Selamat tinggal kehidupan…!
Air mata ini pun jatuh mengalir , berat sekali rasanya
meningggalkan dunia ini. Saya buka kembali mata saya dan meminta mereka
untuk menutupi kepala saya dengan kain penutup, saya tak sanggup melihat diri
saya digantung..!
Mereka pun menutup kepala saya dengan kain hitam, dan kembali
melilitkan simpul tali dileher!
Gelaap…
Sangat gelap..
Namun hati ini telah tenang..
Kesempatan saya telah habis, dan ini lah waktunya untuk pulang ke
sisi-Nya..
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Astaghfi………..
Mata saya terbuka, tirai jendela kamar bergoyang tertiup angin,
sayup-sayup terdengar adzan subuh berkumandang, yaa Allah, ternyata hanya
mimpi !, Namun ucapan istighfar terakhir itu masih sangat terasa dan bergetar
dilidah, Astaghfirullah…
********
Mimpi yang saya alami itu terasa
begitu yata, bahkan masih saya ingat hingga detai sampai saat ini. Mungkin
Allah mengingatkan kita untuk selalu mengingatnya..!
Mungkin kita harus mulai menyadari bahwa waktu kita didunia ini
sangatlah singkat, dan terlalu berharga untuk disia-siakan..
Maknailah hidup, gunakanlah untuk beribadah dijalanNya..
Jangan sampai kita menyesal ketika Izrail mendatangi kita..
Karna, jika maut telah datang menjemput, tak sedetikpun kita mampu
untuk mengulurnya..!
Kunjungi dan baca artikel ini di halaman saya : catatanpudar.blogspot.com
Visit UsThank you for this very useful information,please improve again
ReplyDelete